Find us on Google+ PAK BROW: KONFLIK PONPES DARUS SOLIHIN,BUKAN KARENA AGAMA

Thursday, September 12, 2013

KONFLIK PONPES DARUS SOLIHIN,BUKAN KARENA AGAMA

KONFLIK PONPES DARUS SOLIHIN,BUKAN KARENA AGAMA
Amuk massa yang merusak Ponpes Darus Solihin di Jember bukanlah disebabkan oleh Agama. Ketua MUI Jember Halim Subahar anggap kerusuhan di ponpes itu bukan persoalan faham keagamaan Sunni-Syiah.
Pada Rabu (11/9) lalu, sebuah kelompok yang menolak pawai karnaval yang digelar Ponpes (Pondok Pesantren) Darus Solihin, Kecamatan Puger, Kabupaten Jember, menolak pawai tersebut.

Namun penolakan itu disertai dengan perusakan sejumlah fasilitas pada Rabu kemarin. Massa itu juga merusak dan membakar puluhan unit sepeda motor yang diparkir di halaman pesantren.
Kerusuhan itu juga menyebabkan seorang warga setempat bernama Eko Mardi Santoso (45) warga Desa Puger Kulon, Kecamatan Puger, ditemukan tewas tidak jauh dari lokasi ponpes yang diasuh oleh Habib Ali tersebut.

Menurut Halim, karnaval yang digelar pihak Ponpes Darus Solihin itu sempat dilarang oleh aparat kepolisian dan pihak muspika setempat karena ada sekelompok warga yang tidak setuju dengan karnaval itu.

"Kami sebenarnya juga sudah mengimbau agar karnaval Agustusan itu tidak digelar karena ada potensi konflik yang bisa meledak sewaktu-waktu, padahal selama beberapa bulan terakhir suasana di Desa Puger Kulon dan Puger Wetan sudah kondusif," katanya.

Ia menjelaskan pengerahan massa dengan menggelar karnaval atau bentuk kegiatan yang melibatkan orang banyak di luar ponpes yang diasuh oleh Habib Ali itu dapat memicu konflik karena sebagian warga tidak suka dengan keberadaan ponpes tersebut.

"MUI sudah melakukan kajian terhadap ajaran agama Islam di Ponpes Darus Solihin tahun lalu, bahkan melakukan kroscek di lapangan dan melakukan klarifikasi terhadap sejumlah pihak. Ada sembilan rekomendasi dan mereka bersedia untuk menerima rekomendasi itu," ucapnya.

Ketegangan antara Ponpes Darus Solihin yang dituding penganut paham Syiah dengan kelompok penganut Sunni yang dipimpin oleh Ustad Fauzi di Puger sudah mereda pada pertengahan tahun 2012 karena sudah ada mediasi antara kedua belah pihak, namun kedua kelompok diminta tidak melakukan kegiatan yang melibatkan massa di luar pesantren.

"Dalam kasus kerusuhan itu tidak ada kaitannya dengan masalah agama karena perbedaan pandangan sudah diluruskan oleh MUI," ujarnya.

Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Jember itu mengimbau tokoh agama dan tokoh masyarakat bisa meredam potensi konflik antara kedua kelompok itu dan menjaga Kecamatan Puger tetap kondusif.
Pascakerusuhan itu, Kapolda Jatim Irjen Pol Unggung Cahyono dan Pangdam V/Brawijaya Mayjen TNI Ediwan P langsung menuju ke lokasi kejadian pada Rabu (11/9) malam hingga Kamis ini untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.

No comments:

Post a Comment